Rabu, 13 Maret 2013

INVESTASI DALAM KAS




1.      ALIRAN KAS DALAM PERUSAHAAN
            Pengeluaran kas suatu perusahaan dapat bersifat terus-menerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dsb. Disamping itu ada juga aliran kas keluar (cash inflow) yang bersifat tidak kontinyu atau bersifat “intermittent”, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, dividend, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran utang, pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap, dsb. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk (cash inflow) di dalam perusahaan. Di dalam cash inflow terdapat aliran yang yang bersifat kontinyu dan yang bersifat intermittent.
            Aliran kas masuk yang bersifat kontinyu misalkan aliran kas yang berasal dari hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dsb. Sedangkan yang bersifat tidak kontinyu misalkan aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari Bank, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, dsb. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam perusahaan akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan.
                                                              Gambar 1. Aliran kas dalam perusahaan

2.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PERSEDIAAN KAS MINIMAL
Kas adalah salah satu unsure modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. H.G. guthmann menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dare jumlah aktiva lancer.
Persediaan besi kas (persediaan kas minimal) ialah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas suatu perusahaan dapatlah disebutkan terutama:
a.      Perimbangan Antara Aliran Kas Masuk Dengan Aliran Kas Keluar
Berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang benar. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanyaa kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan.
b.      Penyimpangan Terhadap Aliran Kas Yang Diperkirakan
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar misalnya karena adanya pemogokan, banjir, angin puyuh dan bencana alam lainnya, adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai pengupahan buruh, sehingga perusahaan harus sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan langganan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya. Bagi perusahaan yang sering mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relative besar.
c.       Adanya Hubungan Yang Baik dengan Bank-Bank
Hal ini akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran finansiilnya, baik disebabkan karena adanya peristiwa yang diduga maupun tidak diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
3.      BUDGET KAS
Budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan dating. Budget kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Budget kas dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu:
1)      Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari: hasil penjualan tunai; piutang yang terkumpul; penerimaan bunga, dividen; hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-penarimaan lain.
2)      Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk: pembelian bahan mentah; pembayaran utang-utang; pembayaran upah buruh; pengeluaran untuk biaya penjualan; biaya administrasi and umum; pembayaran bunga, dividen, tantieme, pajak, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain.
Budget kas disusun agar supaya pimpinan perusahaan dapat mengetahui:
a)      Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan;
b)      Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasinya perusahaan;
c)      Besarnya dana beserta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas;
d)     Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Penyusutan budget kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1)      Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan. Transaksi disini merupakan transaksi operasionil.
2)      Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari Bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Transaksi disini merupakan transaksi finansiil.
3)      Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil, dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari  transaksi operasionil dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Untuk lebih jelasnya bagaimana menyusun budget kas dapat diberikan contoh di bawah ini.
Contoh soal 1
Perusahaan “widi” menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran kas selama 6 bulan pertama dalam tahun 1975 sbb:
Estimasi peneriman:


Estimasi pengeluaran:


Berdasarkan data tersebut kita dapat menyusun budget kas untuk tahap pertama, yaitu estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasinya perusahaan (operating transactions).

Tabel 1.
Perusahaan “WIDI”
Budget penerimaan dan pengeluaran kas untuk operasinya perusahaan (transaksi operasionil)
Selama 6 bulan pertama tahun 1975 (dalam ribuan rupiah)

Dari estimasi penerimaan dan pengeluaran transaksi operasionil sebagaimana Nampak dalam skedul tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwa selama 6 bulan mendatang perusahaan akan dalam keadaan ilikuid dalam bulan januari dan februari, sedangkan untuk bulan-bulan lainnya keadaan likuiditasnya cukup baik. Berhubungan dengan ini maka kita harus mengadakan transaksi financial untuk dapat menjutup deficit untuk 2 bulan tersebut beserta menentukan waktu pembayaran kembalinya kredit dan pembayaran bunganya. Untuk keperluan itu kita perlu menyusun “skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga”.
Untuk keperluan penyusunan skedul tersebut diperlukan tambahan data sbb:
1)      Estimasi saldo kas pada akhir bulan desember 1974 = Rp 100.000,00.
2)      Persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp50.000,00.
3)      Pinjaman dari Bank “x” diterima pada permulaan bulan dan pembayarab bunga dilakukan pada akhir bulan. Pembayaran kembali utang dilakukan pada permulaan bulan. Bunga bank ditetapkan sebesar 2% perbulan.
Berdasarkan data tambahan tersebut perlulah kita menentukan berapa besarnya kredit yang akan diminta dari bank untuk bulan januari dan februari. Deficit bulan januari sebesar Rp400.000,00 persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp50.000,00. Pada permulaan bulan januari tersedia uang kas sebesar Rp100.000,00. Bunga kredit 2% yang harus dibayar pada akhir bulan. Atas dasar data tersebut dapat diperhitungkan besarnya kredit yang akan diminta yaitu sebesar:
400.000 + 50.000 – 100.000 + 2/100 X = X
X = 357.143,00.
Kalau kita meminjam dari Bank sebesar Rp357.143,00 maka pada akhir bulan januari saldo kas adalah sebesar persediaan besi kas. Adapun perhitungannya adalah sbb:


Dalam contoh ini misalnya ditetapkan besarnya jumlah kredit yang diminta dari Bank “X” untuk bulan januari sebesar Rp360.000,00 dan untuk bulan februari sebesar Rp330.000,00. Pembayaran kembali kredit tersebut sebagian akan dilakukan pada permulaan bulan april sebesar Rp200.000,00 dan sisanya sebesar Rp490.000,00 dibayar pada permulaan bulan mei. Berdasarkan data tersebut dapatlah disusun “skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga” yang merupakan transaksi financial. Seperti di bawah ini.
Tabel 2.
Skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga (dalam ribuan rupiah).

   keterangan:            P.B. = Permulaan bulan
                                    A.B. = Akhir bulan
Sebagai tahap terakhir dalam penyusunan budget kas tersebut adalah penyusunan budget kas final yang merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi financial, yang menggambarkan esimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Tabel 3. Perusahaan “widi”
Budget kas selama 6 bln Pertama th 1975 (dalam ribuan rupiah)

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Mau nanya donk, saldo kas PB knpa bisa dapt sgitu

    BalasHapus
  3. Mau nanya donk, saldo kas PB knpa bisa dapt sgitu

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus